ASSALAMU ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH

Rabu, 23 Maret 2011

Hukum mkanan yg trjatuh

Diana Susi

~"Hukum Makanan Yang Terjatuh"~

Anas ra mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam ketika makan, beliau menjilati tiga jarinya, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika ada makanan seseorang yang terjatuh, hilangkanlah kotoranya, kemudian makanlah. Jangan biarkan makanan tersebut untuk setan." Beliau memerintahkan kepada kita untuk mengambil sisa" makanan yang ada di piring. Beliau kembali bersabda, "Sesungguhnya kamu tidak mengetahui di mana letak makanan yang mengandung berkah."(HR. Tirmidzi)

An-Nawawi berkata, "Hadits tersebut menunjukan disunah kannya memakan makanan yang terjatuh setelah membuang kotoran yang menempel pada makanan tersebut. Hal itu dilakukan jika tidak terjatuh pada tempat yang najis, makanan yang terjatuh juga ikut najis dan wajib mencucinya, jika hal itu memungkinkan. Apabila tidak mungkin dibersihkan, berikanlah kepada binatang, dan jangan biarkan makanan tersebut disantap setan.(Tuhfah al-Ahwadzi).

Telah diceritakan bahwa sesungguhnya Abu Hudzaifah bin al-Yaman ra mampir di daerah persia. Pada suatu hari dia menikmati makanan bersama para pengusaha persia yang kafir. Ketika ia sedang makan, tiba" ada makanan yang terjatuh dari tangan Abu Hudzaifah raj. Lalu dia mengambil kembali makanan tersebut dan menghilangkan kotoran yang menempel pada makanan itu, tapi tindakan tersebut dilarang oleh seseorang karena khawatir pengusaha persia akan mencela tindakan tersebut. Kemudian Abu hudzaifah marah kepadanya. Dia tetep membersihkan makanan itu lalu memakannya di depan mereka. Hal tersebut ia lakukan karena perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam Dia berkata, "Akankah aku meninggalkan runah Nabi, hanya karena mereka yang bodoh."

Hadits tersebut menunjukan bahwa dirinya tidak takut celaan para penguasa persia. Ia berkata, "Apapun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkan sunah kekasihku Shallallahu 'alaihi wasallam kapan pun dan dimana pun." Oleh karena itu, salah seorang dari mereka ada yang mendendangkan sebuah syair yang berbunyi:

"Barang siapa mengaku mencintai Nabi, tapi dia tidak mau memperjuangkan petunjuknya, maka itu kebodohan dan omong kosong. Syarat utama mencintai Nabi secara tulus adalah taat dan memenuhi perintah dan larangannya."

Tidak ada komentar: